Kamis, 09 Juni 2016

CATUR MARGA YOGA



CATUR MARGA YOGA



logo-undiksha-baru2.jpg








Dosen Pengampu Mata Kuliah :
 I Wayan Sujana, S.Ag.,M.Phil.H.
Oleh :
Kelompok 3
Yudek Widhi Viharini                   1511031251
Ni Wayan Sri Lestari            1511031271
Ni Luh Juniartini                   1511031308
Ni Luh Putu Yuniastari        1511031412
II/E
JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
TAHUN 2016



Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa, atas berkat rahmatnya penulis dapat menyelesaikan laporan persentasi tentang “Catur Karma Yoga” Laporan ini disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Agama.
Namun tidak lepas dari semua itu, Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini jauh dari kata sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, khususnya dari dosen mata kuliah guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi kami untuk lebih baik di masa yang akan datang.

Buleleng, 21 April 2016
Penyusun




DAFTAR ISI
Kata pengantar                                                                                                             i
Daftar Isi                                                                                                                     ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang                                                                                          1
1.2  Rumusan Masalah                                                                                      1
1.3  Tujuan                                                                                                       1
BAB II PEMBAHASAN
2.1  Pengertian Catur Marga Yoga                                                                  2
2.2  Bagian – bagian Catur Marga Yoga                                                          2
BAB III PENUTUP
3.1  Kesimpulan                                                                                               11
3.2  Saran                                                                                                         11

DAFTAR PUSTAKA                                                                                                12



BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Catur  marga yoga berasal dari  kata Catur yang berarti empat, Marga yang berarti jalan, dan Yoga berarti penyatuan dengan Brahman. Sehingga Catur Marga Yoga merupakan empat jalan atau cara umat hindu untuk menghormati dan menuju ke jalan Tuhan Yang Maha Esa atau Ida Sang Hyang WIdhi Wasa. Sumber ajaran catur marga ada diajarkan dalam pustaka suci Bhagawadgita, terutama pada trayodhyaya tentang catur marga yoga.
Bagian – bagian Catur Marga Yoga pertama tentang bhakti marga yoga yakni menyembah Tuhan dalam wujud yang abstrak dan menyembah Tuhan dalam wujud yang nyata, misalnya mempergunakan nyasa atau pratima berupa arca atau mantra. kedua tentang Karma Marga Yoga yakni sebagai satu sistem yang berisi ajaran yang membedakan antara ajaran Subha Karma (perbuatan baik) dengan ajaran Asubha Karma (perbuatan yang tidak baik) yang dibedakan menjadi perbuatan tidak berbuat (akarma) dan Wikarma (perbuatan yang keliru). Ketiga, tentang jnana Marga Yoga yakni jalan pengetahuan suci menuju Tuhan Yang Maha Esa, ada dua pengetahuan yaitu jnana (ilmu pengetahuan) dan wijnana (serba tahu dalam penetahuan itu). Keempat, Raja Marga Yoga yakni mengajarkan tentang cara atau jalan yoga atau meditasi (konsentrasi pikiran) untuk menuju Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang Hyang Widhi Wasa.

1.2 Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan Catur Marga Yoga?
2.      Apa saja bagian – bagian dari Catur Marga Yoga?
1.3 Tujuan
            1. Memahami tentang pengertian Catur Marga Yoga.
            2. Mampu mengetahui bagian – bagian dari Catur Marga Yoga.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Catur Marga Yoga
            Catur  marga yoga berasal dari  kata Catur yang berarti empat, Marga yang berarti jalan, dan Yoga berarti penyatuan dengan Brahman. Sehingga Catur Marga Yoga merupakan empat jalan atau cara umat hindu untuk menghormati dan menuju ke jalan Tuhan Yang Maha Esa atau Ida Sang Hyang WIdhi Wasa. Sumber ajaran catur marga ada diajarkan dalam pustaka suci Bhagawadgita, terutama pada trayodhyaya tentang catur marga yoga.
2.2 Bagian – bagian Catur Marga Yoga
Adapun uraian bagian dari Catur Marga Yoga seperti yang terdapat dalam Buku Tim Penyusun (1994:78-79) sebagai berikut :
1.      Bhakti Marga Yoga
            Kata Bhakti Marga Yoga sebenarnya adalah  perpaduan antara kata Bhakti, Marga, dan Bhakti Yoga. Kata bhakti berarti menyalurkan atau mencurahkan, cinta yang tulus dan luhur kepada Tuhan Yang Maha Esa, kesetiaan kepada-Nya, pelayanan, perhatian yang sungguh-sungguh untuk memuja-Nya. Bhakti  mempunyai pengertian yang jauh lebih luas dibandingkan dengan persembahyangan, Bhakti merupakan landasan filsafat melalui cinta  kasih yang tulus dan pengabdian yang  tinggi kepada Tuhan Yang Maha Esa atau sebagai manifestasi-Nya atau Iatadevata-Nya. Kata Marga berarti jalan atau usaha dan kegiatan. Sedangkan Yoga berarti usaha untuk menghubungkan diri dengan Tuhan Yang Maha Esa. Bhakti Marga berarti melalui jalan Bhakti, sedang Bhakti Yoga berarti usaha untuk menghubungkan diri dengan Tuhan Yang Maha Esa melalui Bhakti, dengan demikian pengertian Bhakti Marga sesungguhnya identik dengan Bhakti Yoga. Istilah Bhakti Marga Yoga dimaksudkan untuk lebih menekankan bahwa Bhakti adalah jalan dan sekaligus juga sarana mempersatukan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
Landasan filosofis ajaran bhakti , di dalam kitab suci Veda kita  jumpai beberapa mantra tentang Upasana atau Bhakti. Diantaranya adalah:
Arcara prarcara privamedhaso arcata, arcantu putraka utapuram no dhrsnvarcara
                                                                                                            Rg Weda VIII.69.8
(pujalah. pujalah Dia sepenuh hati. Oh Cendekiawan. pujalah Dia. Semogalah semua anak-anak ikut memuja-Nya.teguhlah hati seperti kukuhnya candi dan batu karang untuk memuja keagungan-Nya).
“Yat sanoh sanum aruhad Bhur’ aspasta katvczm, Tad indro artham cetati yuthena vrsnir ejati”
                                                                                                            Rg Veda 1.10.2
(Tuhan Yang Maha Esa melindungi mereka yang bhakti, yang meningkatkan diri secara bertahap dengan berbagai aktivitas. Tuhan Yang Maha Esa akan hadir dengan berbagai kemahakuasaan-Nya untuk menganugerahkan keberuntungan).
“devasasca martasas cajagrvim, Vibhum vispatim namasa nisedire.
                                                                                                            Rg Veda VI.15.8.
(Ya, Tuhan Yang Maha Esa, engkau sumber kesadaran sejati, yang senantiasa hadir dimana-mana dan pelindung semua makhluk. Semua umat manusia menyembah-Mu).
            Sebagai telah disebutkan diatas bahwa bhakti adalah perwujudan cinta yang tulus kepada Tuhan Yang Maha Esa, mengapa harus berbakti kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena Tuhan Yang Maha Esa menciptakan alam semesta dengan segala isinya berdasarkan Yajnya, penjelasan ini dapat kita jumpai di dalam kitab suci Veda maupun dalam kitab suci Bhagavadgita, sebagai berikut:
“Brahma bhumir vihita Bra hina dyaur uttara hita, Brahrnedani urdhvara ca antariksam vyaco hitam”.
                                                                                                            Atharvaveda X.2.25.
(Tuhan Yang Maha Esa menciptakan alam semesta. Ia menempatkan bumi di angkasa. Ia mengembang dan pusat alam semesta dalam semua arah).
“Visvatas caksur uta visvatoniukho, Visvato ba/mr lila visvataspar, Samba/iubhvanj dhamati sampatatrair, Th’ai’a bhumijanavan deva ekah
(Tuhan Yang Maha Esa menciptakan bumi dan langit. MataNya ada dimana-mana. Mulut-Nya ada di segala penjuru. Kaki dangan-Nya berada dimana-mana. Ia meresapi).
            Secara lahiriah bentuk-bentuk di Indonesia sama halnya dengan di India, umat mewujudkannya melalui pembangunan berbagai Pura(Mandiri), mempersembahkan kidung (Bhajan), gamelan, tantarian dan sebagainya.
2.      Karma Marga Yoga
            Kata Karma berasal dari akar kata kr yang artinya melakukan kegiatan atau kerja demikianlah karma berarti aktivitas atau kegiatan untuk suatu tujuan. Di dalam garis-garis besar isi Veda kita mengetahui adanya mantra-mantra yang membahas ajaran Karma, disamping Upasana, Jnana, dan Vijnana. Karma Marga berarti usaha atau jalan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa melalui usaha atau tindakan (kerja) yang tulus ikhlas, demikian pula Karma Yoga mempunyai makna yang sama sebagai usaha untuk menghubungkan diri dengan Tuhan Yang Maha Esa. Karma Marga Yoga menekankan kerja sebagai bentuk pengabdian dan bhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa. Melakukan kerja sebagai wujud  bhakti atau melakukan kerja sebagai bentuk Yoga memang diamanatkan dalam ajaran Hindu. Ajaran Karma Marga Yoga merupakan etos kerja atau budaya kerja bagi umat Hindu di dalam usaha meewujudkan kesehjatraan dan kebahagiaan lahir dan bathin.
            Landasan filosofis ajaran Karma, di dalam Veda dijelaskan bahwa jalan perbuatan ( Karma Marga Yoga) sama pentingnya dengan jalan Bhakti ( Bhakti Marga Yoga) dan jalan pengetahuan ( inana Marga Yoga). Di dalam mantra-mantra Veda dan ajaran agama dalam susastra Hindu lainnya dinyatakan bahwa perbuatan yang ikhlas merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan ini. Karma Marga Yoga berarti pengakuan atas keberadaan kita di dunia ini. Hal ini menyebabkan badan kita tumbuh dan pikiran kita makin tajam, kehidupan menjadi lebih sehat, bergairah dan menggembirakan. Karma Marga Yoga menerima perjuangan hidup dan ingin berhasil dalam perjuangan itu. Kehidupan menurut pengertian Veda tidak berarti semata-mata kehidupan biologis, tetapi juga menyangkut kehidupan moral dan spiritual, oleh karena itu perjuangan hidup adalah perjuangan kebajikan menghadapi kebatilan dengan memanfaatkan segala daya dan keberanian yang ada pada manusia. Dengan demikian Karma Marga Yoga didasarkan atas  semangat Ksatria dan wawasan hidup heroik. Doa seorang ‘Karmayogin” adalah untuk memohon kesehatan dan kekuatan, badan yang sempurna dan umur panjang dan kebaikan di dunia, juga kekuatan untuk menghadapi segala bentuk kejahatan. Di dalam Veda kita jumpai beberapa mantra yang menekankan pentingnya karma yang baik (Subhakarma) sebagai usaha untuk memperbaiki kualitas hidup jasmaniah dan rohaniah:
Udayanam te purusa nava’anam, Jivatum te daksatatim krnom..
                                                                                                Atharvaveda VIII. 1.6.
(Oh manusia, giatlah bekerja untuk kemajuan, jangan mundur, Aku anugerahkan kekuatan dan tenaga).
“Ut krarnatah purusa maya pattah, Mrtvoh padvisam avamuncarnanah”
                                                                                                Atharvaveda VIII. 1.4.
(Oh manusia, naiklah, jangan turun. Semoga engkau dapat memutuskan ikatan kematian).
‘Icchanti devah sun i’antam na svapnava sprhavanti, ‘anti praniadam atandrah
                                                                                                Atharvaveda XX. 183.
(Tuhan Yang Maha Esa mencintai mereka yang giat bekerja. Ia membenci mereka yang malas dan dungu. Seseorang yang senantiasa sadar memperoleh kebahagiaan. Berdasarka kutipan dan wedaran Sri Krisna di atas, jeh karma sebagai Bhakti mengantarkan umat manusia mencari kebahagiaan sejati sebagai dimanatkan dalam ajaran Karma Marga Yoga.
3.      Jnana Marga Yoga
            Kata Jnana artinya pengetahuan, Jnana Marga artinya pengetahuan, demikian pula Jnana Yoga artinya usaha menghubungkan diri dengan Tuhan Yang Maha Esa. Jnana Marga Yoga adalah jalan dan usaha menghubungkan diri dengan Tuhan Yang Maha Esa, sehingga dapat mencapai kebahagiaan sejati melalui pengetahuan. Pengetahuan disini ditekankan pada pengetahuan spiritual, yakni pengetahuan yang dapat membebaskan umat manusia dari belenggu penderitaan, lahir dan kematian. Jnana atau ilmu pengetahuan suci menuntun manusia bekerja tidak terikat oleh hawa nafsu, tanpa motif kepentingan pribadi, rela melepaskan hak milik, sadar bahwa badan bukan Atma yang bersifat abadi. Banyak cara untuk mendekatkan diri dengan Tuhan Yang Maha Esa, melalui persembahan harta benda melalui tapa brata, melalui Yoga dan sebagainya, tetapi dengan jalan ilmu pengetahuan (kerohanian) lautan dosa dapat disebrangi. Dengan pikiran terpusat  pada ilmu pengetahuan. Melaksanakan kerja dengan penuh keyakinan (sraddha) seseorang mencapai kesempurnaan.
            Sumber ajaran Jnana Marga Yoga, adalah kitab suci Veda (catur Veda), dan kitab-kitab Upanisad Vedanta) dan diantaranya:
“satas ca yonim asatas ca vi vah”
                                                                                                            Atharvaveda IV.1.1.
(Tuhan Yang Maha Esa merupakan asal dari segala sesuatunya baik yang nampak maupun yang tidak nampak).
Sariram Brahna pravisat, sarire adhi prajapatih”
                                                                                                            Atharvaveda XI.8.30.
(Tuhan Yang Maha Esa meresapi tubuh manusia dan menjadi raja padanya)
“Tannonnasad yah pitaram na veda”
                                                                                                            Atharvaveda XI.9.2.1.
(Tidak seorangpun mencapai kebahagiaan sejati, tanpa mengetahui Tuhan Yang Maha Esa, sebagai Bapa pencipta alam semesta)
“Tan Eva vidava ati mrtyum eti”
                                                                                                            Yajurveda 31.18.
(Hanya dengan mengetahui Tuhan Yang Maha Esa seseorang mencapai keselamatan dan keabadian)
            Selanjutnya di dalam kitab-kitab Upanisad yang merupakan sumber ajaran Vedanta, Brahman, Tuhan YANG maha Esa yang disebut “Satyasya Satya”, benarnya kebenaran dinyatakan identik dengan Atman (Jivatman) dinyatakan terbelenggu dalam tubuh manusia yang terdiri dari beberapa selubung yang disebut Pancakosa Atma. Yaitu:
a)      Anamayakosa badan jasmani, selubung terluar yang terdiri dari unsur makanan.
b)      Pranamyakosa badan energi selubung lebih di dalam dari Anamayakosa.
c)      Manomayaakosa badan mental atau pikiran selubung lebih di dalam lagi dari Pranamyakosa.
d)     Vijnanamayakosa, badan kecerdasan selubung lebih dalam dari Mayakosa.
e)      Anandamayakosa, badan kebahagiaan selubung terdalam yang membungkus langsung atman, yang nampak dalam skema 9Tim FIA UNHI,2006:23)sebagai berikut:


 

















4.      Raja Marga Yoga
            Kata Raja berarti yang memimpin, anggota tertinggi atau yang terkemuka. Raja Marga artinya jalan yang tertinggi, sedangkan Raja Marga Yoga berarti jalan atau usaha tertinggi untuk menghubungkan diri degan Tuhan Yang Maha Esa melalui jalan Yoga yang tertinggi. Kalau dua jalan sebelumnya, yakni Bhakti Marga Yoga dan Karma Marga Yoga disebut “Pravrti Marga’, yakni jalan yang umum dan mudah dilaksanakan oleh umat awam pada umumnya, maka dua jalan yang lain, ykni Jnana Marga Yoga dan Raja Marga Yoga disebut “Nivrti Marga”, yang artinya jalan yang tidak umum atau bertentangan dengan dua jalan sebelumnya. Raja Yoga Marga memerlukan pengendalian diri, disiplin diri, pengekangan dan penyangkalan terhadap hal-hal yang bersifat keduniawian. Seseorang yang membunyai bakat untuk itu dan mendapatkan seorang guru yang tepat untuk menuntunnya, maka yang bersangkutan akan berhasil mengikuti Raja Marga Yoga ini. Sebenarnya bila kita kaji lebih jauh, Yoga Marga teristimewa adalah jalan yang segera nampak hasilnya bila dilakukan dengan ketekunan dibawah bimbingan guru rohani atau Yogi.
            Sumber ajaran Raja Marga Yoga, bila kita mendalami ajaran Yoga kita mengenal dua bidang kajian yang ditekankan pada ajaran ini, yaitu pembinaan kesehatan dan kesegaran jasmani dan pembinaan mental spiritual. Pembinaan, pemeliharaan kesehatan dan kesegaran jasmani disebut Hatha Yoga, sedangkan yang menyangkut pembinaan mental spiritual disebut Raja Yoga, sebenarnya baik Hatha Yoga dan Raja Yoga tidak dipisahkan, demikian pula dengan Bhakti Marga Yoga, Karma Marga Yoga, dan Jnana Mrga Yoga, semuanya itu sesungguhnya hendaknya dipahami secara mendalam untuk memperoleh keseimbangan jasmani dan rohani. Bhakti Marga Yoga dan Karma Marga Yoga disatu sisi dan Jnana Marga Yoga dan Raja Marga Yoga pada sisi yang lain sebenarnya sangat baik bila berjalan seimbang, hal ini dapat diibaratkan dengan sepasang sayap dan seekor burung. Seimbangnya sayap menjadikan burung mampu terbang tinggi. Sebagai telah disebutkan diatas, Yoga dibedakan atas Hatha Yoga dan Raja Yoga. Sumber ajaran Hatha Yoga secara terperinci dapat kita jumpai dalam Gheranda Samhita, yakni ajaran yang disampaikan oleh Maharsi Gheranda kepada para siswanya yang membahas berbagai aspek pembersihan/penyucian badan seperti pembersihan organ bagian dalam (Antar Dhauti), pembersihan badan bagian luar ( Bhiskrta Dhauti), melatih ketajaman mata (traktaka), berbagai jenis Asana (sikap-sikap melenturkan badan), berbagai jenis Mudra untuk menguatkanjasmani, melatih konsentrasi (Pratyahara), melatih pernafasan (Prana yama), melatih kontemplasi (Dhyana) dan meditasi n Samadhi). Selanjutnya sumber pokok atau terpenting dalam ajaran Raja Yoga adalah kitab Yogasutra karya maharsi Patanjali. Buku ini terdiri dari 4 bagian dan seluruh ajarannya berbentuk “sutra”, kalimat-kalimat singkat penuh makna, terdiri dari 4 bagian, masing-masing adalah Samadhi Pada (penjelasan umum Raja Yoga), Sadhana Pada (merealisasikan ajaranRaja Yoga), Vibhuti Pada (hal-hal mistiklpower), dan Kivalya Pada (samadhi tertinggi), dan kedua buku ini kemudian lahir berbagai buku tentang Yoga dengan penekanan pada bidang-bidang tertentu, misalnya pada Asana (kemudian ditulis berbagai buku Yoga Asana), tentang Kundalini (kemudian ditulis buku Kundalini Yoga) dan lain-lain yang jumlahnya cukup banyak, disamping pengetahuan yang langsung dialami/doperoleh oleh para Yogi dalam merealisasikan ajaran Raja Yoga.
            Merealisasikan ajaran Raja Yoga, apapun ajaran agama atau Yoga bila tidak direalisasikan atau dipraktekkan langsung tidak akan mungkin seseirang dapat merasakan keutamaan ajaran itu. Dalam merealisasikan peranan seorang guru Yoga atau Yogi. Sangat mustahil seseorang akan berhasil mencapai atau merealisasikan ajaran Raja Yoga Marga. Bila kita belum menemukan seorang guru Yoga yang ahli, tidak berarti pengetahuan ini tidak dapat dipraktekan. Ada semacam adigum dalam tradisi belajar Yoga adalah munculnya seorang guru bila seorang siswa telah menyiapkan dirinya untuk itu. “Guru akan datang sendiri, baik skala maupun niskala.



BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
            Manusia itu mahluk dinamis, yaitu cipta , rasa dan karsa. Dinamika itu tentu tidak dimiliki secara sempurna oleh makhluk lainnya. Kelebihan inilah manusia dikatakan memiliki pikiran yang dipergunakan untuk mencapai kesejahteraan, dari yang bersifat khusus sampai ke yang bersifat universal(moksah). Dalam keadaan sehari-hari manusia haruslah dipimpin oleh pikirannya yang pada hakekatnya merupakan perwujudan dan pada pikir murni dan perasaan murninya. Karena hanya dengan jalan demikian manusia menghindari segala macam destruksi, serta mengikuti hakekatnya dengan menaikkan kewajibannya atau sebagai makhluk Tuhan. Maka keseimbangan antara manusia(jasmani) dan roh(jiwa) manusia harus tetap dijaga, untuk menjalani kehidupan dijagat raya ini samapai batas waktu yang telah ditentukan oleh perputaran waktu yang disebut dengan zaman. 
3.2 Saran
Kita sebagai umat beragama khususnya Agama Hindu harusnya selalu menerapkan ajaran catur marga yoga dalam keseharian kita sesuai dengan kepribadian, watak, dan kesanggupan seseorang. Jika kesanggupan kita terletak pada mencari ilmu pengetahuan maka sesuai dengan ajaran jnana marga yoga. Jika seseorang itu mempunyai watak yang halus dan perasa serta mempunyai ketekunan dalam memuji Sang Hyang Widhi, maka watak seseorang tersebut sesuai dengan ajaran bhakti marga yoga. Demikian juga yang kesanggupannya terletak pada kerja serta pengabdian yang tulus tanpa pamrih maka perbuatan seseorang tersebut sesuai dengan ajaran karma marga yoga. Sedangkan orang tekun dalam samadhi, kuat dalam tapa brata serta tidak dapat dipengaruhi oleh hal yang bertentangan yang ada dalam hidup ini, maka ajaran raja marga yoga yang digunakan. Semua ajaran catur marga yoga yang ingin diterapkan harus didasarkan dengan tulus ikhlas, ketekunan, keteguhan iman, dan tanpa pamrih.

DAFTAR PUSTAKA
Karda,I Made,dkk.2007.”Sistem Pendidikan Agama Hindu”.Surabaya.Penerbit:Paramita.
Watra, I Wayan.2007.”Pengantar Filsafat Hindu(Tattwa I)”.Surabaya.Penerbit:Paramita.
Patel, Kiril dan C.Amin,Vijay.2000.”Karma Yoga(manfaat Pelayanan Tanpa Pamrih)”.Surabaya.Penerbit:Paramita.