CATUR
MARGA YOGA
Dosen Pengampu Mata Kuliah :
I Wayan Sujana, S.Ag.,M.Phil.H.
Oleh
:
Kelompok
3
Yudek Widhi Viharini 1511031251
Ni Wayan Sri Lestari 1511031271
Ni Luh Juniartini 1511031308
Ni Luh Putu Yuniastari 1511031412
II/E
JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
TAHUN 2016
Puji syukur kami panjatkan
ke hadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa, atas berkat rahmatnya penulis dapat
menyelesaikan laporan persentasi tentang “Catur Karma Yoga” Laporan ini disusun
sebagai salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Agama.
Namun tidak lepas dari semua itu, Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini jauh dari kata
sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh karena
itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, khususnya dari
dosen mata kuliah guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi kami untuk
lebih baik di masa yang akan datang.
Buleleng,
21 April 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata pengantar i
Daftar Isi ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang 1
1.2 Rumusan
Masalah 1
1.3 Tujuan 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Catur Marga Yoga 2
2.2 Bagian –
bagian Catur Marga Yoga 2
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan 11
3.2 Saran 11
DAFTAR PUSTAKA
12
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Catur marga yoga berasal dari kata Catur yang berarti empat, Marga yang
berarti jalan, dan Yoga berarti penyatuan dengan Brahman. Sehingga Catur Marga
Yoga merupakan empat jalan atau cara umat hindu untuk menghormati dan menuju ke
jalan Tuhan Yang Maha Esa atau Ida Sang Hyang WIdhi Wasa. Sumber ajaran catur
marga ada diajarkan dalam pustaka suci Bhagawadgita, terutama pada trayodhyaya
tentang catur marga yoga.
Bagian
– bagian Catur Marga Yoga pertama tentang bhakti marga yoga yakni menyembah
Tuhan dalam wujud yang abstrak dan menyembah Tuhan dalam wujud yang nyata,
misalnya mempergunakan nyasa atau pratima berupa arca atau mantra. kedua
tentang Karma Marga Yoga yakni sebagai satu sistem yang berisi ajaran yang
membedakan antara ajaran Subha Karma (perbuatan baik) dengan ajaran Asubha
Karma (perbuatan yang tidak baik) yang dibedakan menjadi perbuatan tidak
berbuat (akarma) dan Wikarma (perbuatan yang keliru). Ketiga, tentang jnana
Marga Yoga yakni jalan pengetahuan suci menuju Tuhan Yang Maha Esa, ada dua
pengetahuan yaitu jnana (ilmu pengetahuan) dan wijnana (serba tahu dalam
penetahuan itu). Keempat, Raja Marga Yoga yakni mengajarkan tentang cara atau
jalan yoga atau meditasi (konsentrasi pikiran) untuk menuju Tuhan Yang Maha
Esa/Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan Catur Marga Yoga?
2. Apa
saja bagian – bagian dari Catur Marga Yoga?
1.3 Tujuan
1.
Memahami tentang pengertian Catur Marga Yoga.
2.
Mampu mengetahui bagian – bagian dari Catur Marga Yoga.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Catur Marga Yoga
Catur marga yoga berasal dari kata Catur yang berarti empat, Marga yang
berarti jalan, dan Yoga berarti penyatuan dengan Brahman. Sehingga Catur Marga
Yoga merupakan empat jalan atau cara umat hindu untuk menghormati dan menuju ke
jalan Tuhan Yang Maha Esa atau Ida Sang Hyang WIdhi Wasa. Sumber ajaran catur
marga ada diajarkan dalam pustaka suci Bhagawadgita, terutama pada trayodhyaya
tentang catur marga yoga.
2.2 Bagian – bagian Catur Marga Yoga
Adapun
uraian bagian dari Catur Marga Yoga seperti yang terdapat dalam Buku Tim
Penyusun (1994:78-79) sebagai berikut :
1. Bhakti
Marga Yoga
Kata Bhakti Marga Yoga sebenarnya
adalah perpaduan antara kata Bhakti,
Marga, dan Bhakti Yoga. Kata bhakti berarti menyalurkan atau mencurahkan, cinta
yang tulus dan luhur kepada Tuhan Yang Maha Esa, kesetiaan kepada-Nya,
pelayanan, perhatian yang sungguh-sungguh untuk memuja-Nya. Bhakti mempunyai pengertian yang jauh lebih luas
dibandingkan dengan persembahyangan, Bhakti merupakan landasan filsafat melalui
cinta kasih yang tulus dan pengabdian
yang tinggi kepada Tuhan Yang Maha Esa
atau sebagai manifestasi-Nya atau Iatadevata-Nya. Kata Marga berarti jalan atau
usaha dan kegiatan. Sedangkan Yoga berarti usaha untuk menghubungkan diri dengan
Tuhan Yang Maha Esa. Bhakti Marga berarti melalui jalan Bhakti, sedang Bhakti
Yoga berarti usaha untuk menghubungkan diri dengan Tuhan Yang Maha Esa melalui
Bhakti, dengan demikian pengertian Bhakti Marga sesungguhnya identik dengan
Bhakti Yoga. Istilah Bhakti Marga Yoga dimaksudkan untuk lebih menekankan bahwa
Bhakti adalah jalan dan sekaligus juga sarana mempersatukan manusia dengan
Tuhan Yang Maha Esa.
Landasan filosofis ajaran bhakti , di
dalam kitab suci Veda kita jumpai
beberapa mantra tentang Upasana atau Bhakti. Diantaranya adalah:
Arcara
prarcara privamedhaso arcata, arcantu putraka utapuram no dhrsnvarcara
Rg
Weda VIII.69.8
(pujalah.
pujalah Dia sepenuh hati. Oh Cendekiawan. pujalah Dia. Semogalah semua
anak-anak ikut memuja-Nya.teguhlah hati seperti kukuhnya candi dan batu karang
untuk memuja keagungan-Nya).
“Yat
sanoh sanum aruhad Bhur’ aspasta katvczm, Tad indro artham cetati yuthena
vrsnir ejati”
Rg
Veda 1.10.2
(Tuhan
Yang Maha Esa melindungi mereka yang bhakti, yang meningkatkan diri secara
bertahap dengan berbagai aktivitas. Tuhan Yang Maha Esa akan hadir dengan
berbagai kemahakuasaan-Nya untuk menganugerahkan keberuntungan).
“devasasca
martasas cajagrvim, Vibhum vispatim namasa nisedire.
Rg
Veda VI.15.8.
(Ya,
Tuhan Yang Maha Esa, engkau sumber kesadaran sejati, yang senantiasa hadir
dimana-mana dan pelindung semua makhluk. Semua umat manusia menyembah-Mu).
Sebagai telah disebutkan diatas
bahwa bhakti adalah perwujudan cinta yang tulus kepada Tuhan Yang Maha Esa,
mengapa harus berbakti kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena Tuhan Yang Maha Esa
menciptakan alam semesta dengan segala isinya berdasarkan Yajnya, penjelasan
ini dapat kita jumpai di dalam kitab suci Veda maupun dalam kitab suci
Bhagavadgita, sebagai berikut:
“Brahma
bhumir vihita Bra hina dyaur uttara hita, Brahrnedani urdhvara ca antariksam
vyaco hitam”.
Atharvaveda
X.2.25.
(Tuhan
Yang Maha Esa menciptakan alam semesta. Ia menempatkan bumi di angkasa. Ia
mengembang dan pusat alam semesta dalam semua arah).
“Visvatas
caksur uta visvatoniukho, Visvato ba/mr lila visvataspar, Samba/iubhvanj
dhamati sampatatrair, Th’ai’a bhumijanavan deva ekah
(Tuhan
Yang Maha Esa menciptakan bumi dan langit. MataNya ada dimana-mana. Mulut-Nya
ada di segala penjuru. Kaki dangan-Nya berada dimana-mana. Ia meresapi).
Secara lahiriah bentuk-bentuk di
Indonesia sama halnya dengan di India, umat mewujudkannya melalui pembangunan
berbagai Pura(Mandiri), mempersembahkan kidung (Bhajan), gamelan, tantarian dan
sebagainya.
2. Karma
Marga Yoga
Kata Karma berasal dari akar kata kr
yang artinya melakukan kegiatan atau kerja demikianlah karma berarti aktivitas
atau kegiatan untuk suatu tujuan. Di dalam garis-garis besar isi Veda kita
mengetahui adanya mantra-mantra yang membahas ajaran Karma, disamping Upasana,
Jnana, dan Vijnana. Karma Marga berarti usaha atau jalan untuk mendekatkan diri
kepada Tuhan Yang Maha Esa melalui usaha atau tindakan (kerja) yang tulus
ikhlas, demikian pula Karma Yoga mempunyai makna yang sama sebagai usaha untuk
menghubungkan diri dengan Tuhan Yang Maha Esa. Karma Marga Yoga menekankan
kerja sebagai bentuk pengabdian dan bhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Melakukan kerja sebagai wujud bhakti
atau melakukan kerja sebagai bentuk Yoga memang diamanatkan dalam ajaran Hindu.
Ajaran Karma Marga Yoga merupakan etos kerja atau budaya kerja bagi umat Hindu
di dalam usaha meewujudkan kesehjatraan dan kebahagiaan lahir dan bathin.
Landasan filosofis ajaran Karma, di
dalam Veda dijelaskan bahwa jalan perbuatan ( Karma Marga Yoga) sama pentingnya
dengan jalan Bhakti ( Bhakti Marga Yoga) dan jalan pengetahuan ( inana Marga
Yoga). Di dalam mantra-mantra Veda dan ajaran agama dalam susastra Hindu
lainnya dinyatakan bahwa perbuatan yang ikhlas merupakan bagian yang sangat
penting dalam kehidupan ini. Karma Marga Yoga berarti pengakuan atas keberadaan
kita di dunia ini. Hal ini menyebabkan badan kita tumbuh dan pikiran kita makin
tajam, kehidupan menjadi lebih sehat, bergairah dan menggembirakan. Karma Marga
Yoga menerima perjuangan hidup dan ingin berhasil dalam perjuangan itu.
Kehidupan menurut pengertian Veda tidak berarti semata-mata kehidupan biologis,
tetapi juga menyangkut kehidupan moral dan spiritual, oleh karena itu
perjuangan hidup adalah perjuangan kebajikan menghadapi kebatilan dengan
memanfaatkan segala daya dan keberanian yang ada pada manusia. Dengan demikian
Karma Marga Yoga didasarkan atas
semangat Ksatria dan wawasan hidup heroik. Doa seorang ‘Karmayogin”
adalah untuk memohon kesehatan dan kekuatan, badan yang sempurna dan umur
panjang dan kebaikan di dunia, juga kekuatan untuk menghadapi segala bentuk
kejahatan. Di dalam Veda kita jumpai beberapa mantra yang menekankan pentingnya
karma yang baik (Subhakarma) sebagai usaha untuk memperbaiki kualitas hidup
jasmaniah dan rohaniah:
Udayanam
te purusa nava’anam, Jivatum te daksatatim krnom..
Atharvaveda
VIII. 1.6.
(Oh
manusia, giatlah bekerja untuk kemajuan, jangan mundur, Aku anugerahkan
kekuatan dan tenaga).
“Ut
krarnatah purusa maya pattah, Mrtvoh padvisam avamuncarnanah”
Atharvaveda
VIII. 1.4.
(Oh
manusia, naiklah, jangan turun. Semoga engkau dapat memutuskan ikatan
kematian).
‘Icchanti
devah sun i’antam na svapnava sprhavanti, ‘anti praniadam atandrah
Atharvaveda
XX. 183.
(Tuhan
Yang Maha Esa mencintai mereka yang giat bekerja. Ia membenci mereka yang malas
dan dungu. Seseorang yang senantiasa sadar memperoleh kebahagiaan. Berdasarka
kutipan dan wedaran Sri Krisna di atas, jeh karma sebagai Bhakti mengantarkan
umat manusia mencari kebahagiaan sejati sebagai dimanatkan dalam ajaran Karma
Marga Yoga.
3. Jnana
Marga Yoga
Kata Jnana artinya pengetahuan,
Jnana Marga artinya pengetahuan, demikian pula Jnana Yoga artinya usaha
menghubungkan diri dengan Tuhan Yang Maha Esa. Jnana Marga Yoga adalah jalan
dan usaha menghubungkan diri dengan Tuhan Yang Maha Esa, sehingga dapat
mencapai kebahagiaan sejati melalui pengetahuan. Pengetahuan disini ditekankan
pada pengetahuan spiritual, yakni pengetahuan yang dapat membebaskan umat
manusia dari belenggu penderitaan, lahir dan kematian. Jnana atau ilmu
pengetahuan suci menuntun manusia bekerja tidak terikat oleh hawa nafsu, tanpa
motif kepentingan pribadi, rela melepaskan hak milik, sadar bahwa badan bukan
Atma yang bersifat abadi. Banyak cara untuk mendekatkan diri dengan Tuhan Yang
Maha Esa, melalui persembahan harta benda melalui tapa brata, melalui Yoga dan
sebagainya, tetapi dengan jalan ilmu pengetahuan (kerohanian) lautan dosa dapat
disebrangi. Dengan pikiran terpusat pada
ilmu pengetahuan. Melaksanakan kerja dengan penuh keyakinan (sraddha) seseorang
mencapai kesempurnaan.
Sumber ajaran Jnana Marga Yoga,
adalah kitab suci Veda (catur Veda), dan kitab-kitab Upanisad Vedanta) dan
diantaranya:
“satas
ca yonim asatas ca vi vah”
Atharvaveda
IV.1.1.
(Tuhan
Yang Maha Esa merupakan asal dari segala sesuatunya baik yang nampak maupun
yang tidak nampak).
“Sariram Brahna pravisat, sarire adhi prajapatih”
Atharvaveda
XI.8.30.
(Tuhan
Yang Maha Esa meresapi tubuh manusia dan menjadi raja padanya)
“Tannonnasad
yah pitaram na veda”
Atharvaveda
XI.9.2.1.
(Tidak
seorangpun mencapai kebahagiaan sejati, tanpa mengetahui Tuhan Yang Maha Esa,
sebagai Bapa pencipta alam semesta)
“Tan
Eva vidava ati mrtyum eti”
Yajurveda
31.18.
(Hanya
dengan mengetahui Tuhan Yang Maha Esa seseorang mencapai keselamatan dan
keabadian)
Selanjutnya di dalam kitab-kitab
Upanisad yang merupakan sumber ajaran Vedanta, Brahman, Tuhan YANG maha Esa
yang disebut “Satyasya Satya”, benarnya kebenaran dinyatakan identik dengan
Atman (Jivatman) dinyatakan terbelenggu dalam tubuh manusia yang terdiri dari
beberapa selubung yang disebut Pancakosa Atma. Yaitu:
a) Anamayakosa
badan jasmani, selubung terluar yang terdiri dari unsur makanan.
b) Pranamyakosa
badan energi selubung lebih di dalam dari Anamayakosa.
c) Manomayaakosa
badan mental atau pikiran selubung lebih di dalam lagi dari Pranamyakosa.
d) Vijnanamayakosa,
badan kecerdasan selubung lebih dalam dari Mayakosa.
e) Anandamayakosa,
badan kebahagiaan selubung terdalam yang membungkus langsung atman, yang nampak
dalam skema 9Tim FIA UNHI,2006:23)sebagai berikut:
![]() |
4. Raja
Marga Yoga
Kata Raja berarti yang memimpin,
anggota tertinggi atau yang terkemuka. Raja Marga artinya jalan yang tertinggi,
sedangkan Raja Marga Yoga berarti jalan atau usaha tertinggi untuk menghubungkan
diri degan Tuhan Yang Maha Esa melalui jalan Yoga yang tertinggi. Kalau dua
jalan sebelumnya, yakni Bhakti Marga Yoga dan Karma Marga Yoga disebut “Pravrti
Marga’, yakni jalan yang umum dan mudah dilaksanakan oleh umat awam pada
umumnya, maka dua jalan yang lain, ykni Jnana Marga Yoga dan Raja Marga Yoga
disebut “Nivrti Marga”, yang artinya jalan yang tidak umum atau bertentangan
dengan dua jalan sebelumnya. Raja Yoga Marga memerlukan pengendalian diri,
disiplin diri, pengekangan dan penyangkalan terhadap hal-hal yang bersifat
keduniawian. Seseorang yang membunyai bakat untuk itu dan mendapatkan seorang
guru yang tepat untuk menuntunnya, maka yang bersangkutan akan berhasil
mengikuti Raja Marga Yoga ini. Sebenarnya bila kita kaji lebih jauh, Yoga Marga
teristimewa adalah jalan yang segera nampak hasilnya bila dilakukan dengan
ketekunan dibawah bimbingan guru rohani atau Yogi.
Sumber ajaran Raja Marga Yoga, bila
kita mendalami ajaran Yoga kita mengenal dua bidang kajian yang ditekankan pada
ajaran ini, yaitu pembinaan kesehatan dan kesegaran jasmani dan pembinaan
mental spiritual. Pembinaan, pemeliharaan kesehatan dan kesegaran jasmani
disebut Hatha Yoga, sedangkan yang menyangkut pembinaan mental spiritual
disebut Raja Yoga, sebenarnya baik Hatha Yoga dan Raja Yoga tidak dipisahkan,
demikian pula dengan Bhakti Marga Yoga, Karma Marga Yoga, dan Jnana Mrga Yoga,
semuanya itu sesungguhnya hendaknya dipahami secara mendalam untuk memperoleh
keseimbangan jasmani dan rohani. Bhakti Marga Yoga dan Karma Marga Yoga disatu
sisi dan Jnana Marga Yoga dan Raja Marga Yoga pada sisi yang lain sebenarnya
sangat baik bila berjalan seimbang, hal ini dapat diibaratkan dengan sepasang
sayap dan seekor burung. Seimbangnya sayap menjadikan burung mampu terbang
tinggi. Sebagai telah disebutkan diatas, Yoga dibedakan atas Hatha Yoga dan
Raja Yoga. Sumber ajaran Hatha Yoga secara terperinci dapat kita jumpai dalam
Gheranda Samhita, yakni ajaran yang disampaikan oleh Maharsi Gheranda kepada
para siswanya yang membahas berbagai aspek pembersihan/penyucian badan seperti
pembersihan organ bagian dalam (Antar Dhauti), pembersihan badan bagian luar (
Bhiskrta Dhauti), melatih ketajaman mata (traktaka), berbagai jenis Asana
(sikap-sikap melenturkan badan), berbagai jenis Mudra untuk menguatkanjasmani,
melatih konsentrasi (Pratyahara), melatih pernafasan (Prana yama), melatih
kontemplasi (Dhyana) dan meditasi n Samadhi). Selanjutnya sumber pokok atau
terpenting dalam ajaran Raja Yoga adalah kitab Yogasutra karya maharsi
Patanjali. Buku ini terdiri dari 4 bagian dan seluruh ajarannya berbentuk
“sutra”, kalimat-kalimat singkat penuh makna, terdiri dari 4 bagian,
masing-masing adalah Samadhi Pada (penjelasan umum Raja Yoga), Sadhana Pada
(merealisasikan ajaranRaja Yoga), Vibhuti Pada (hal-hal mistiklpower), dan
Kivalya Pada (samadhi tertinggi), dan kedua buku ini kemudian lahir berbagai
buku tentang Yoga dengan penekanan pada bidang-bidang tertentu, misalnya pada
Asana (kemudian ditulis berbagai buku Yoga Asana), tentang Kundalini (kemudian
ditulis buku Kundalini Yoga) dan lain-lain yang jumlahnya cukup banyak,
disamping pengetahuan yang langsung dialami/doperoleh oleh para Yogi dalam
merealisasikan ajaran Raja Yoga.
Merealisasikan ajaran Raja Yoga,
apapun ajaran agama atau Yoga bila tidak direalisasikan atau dipraktekkan
langsung tidak akan mungkin seseirang dapat merasakan keutamaan ajaran itu.
Dalam merealisasikan peranan seorang guru Yoga atau Yogi. Sangat mustahil
seseorang akan berhasil mencapai atau merealisasikan ajaran Raja Yoga Marga.
Bila kita belum menemukan seorang guru Yoga yang ahli, tidak berarti
pengetahuan ini tidak dapat dipraktekan. Ada semacam adigum dalam tradisi
belajar Yoga adalah munculnya seorang guru bila seorang siswa telah menyiapkan
dirinya untuk itu. “Guru akan datang sendiri, baik skala maupun niskala.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Manusia
itu mahluk dinamis, yaitu cipta , rasa dan karsa. Dinamika itu tentu tidak
dimiliki secara sempurna oleh makhluk lainnya. Kelebihan inilah manusia
dikatakan memiliki pikiran yang dipergunakan untuk mencapai kesejahteraan, dari
yang bersifat khusus sampai ke yang bersifat universal(moksah). Dalam keadaan
sehari-hari manusia haruslah dipimpin oleh pikirannya yang pada hakekatnya
merupakan perwujudan dan pada pikir murni dan perasaan murninya. Karena hanya
dengan jalan demikian manusia menghindari segala macam destruksi, serta
mengikuti hakekatnya dengan menaikkan kewajibannya atau sebagai makhluk Tuhan.
Maka keseimbangan antara manusia(jasmani) dan roh(jiwa) manusia harus tetap
dijaga, untuk menjalani kehidupan dijagat raya ini samapai batas waktu yang
telah ditentukan oleh perputaran waktu yang disebut dengan zaman.
3.2 Saran
Kita
sebagai umat beragama khususnya Agama Hindu harusnya selalu menerapkan ajaran
catur marga yoga dalam keseharian kita sesuai dengan kepribadian, watak, dan
kesanggupan seseorang. Jika kesanggupan kita terletak pada mencari ilmu
pengetahuan maka sesuai dengan ajaran jnana marga yoga. Jika seseorang itu
mempunyai watak yang halus dan perasa serta mempunyai ketekunan dalam memuji
Sang Hyang Widhi, maka watak seseorang tersebut sesuai dengan ajaran bhakti
marga yoga. Demikian juga yang kesanggupannya terletak pada kerja serta
pengabdian yang tulus tanpa pamrih maka perbuatan seseorang tersebut sesuai
dengan ajaran karma marga yoga. Sedangkan orang tekun dalam samadhi, kuat dalam
tapa brata serta tidak dapat dipengaruhi oleh hal yang bertentangan yang ada
dalam hidup ini, maka ajaran raja marga yoga yang digunakan. Semua ajaran catur
marga yoga yang ingin diterapkan harus didasarkan dengan tulus ikhlas,
ketekunan, keteguhan iman, dan tanpa pamrih.
DAFTAR PUSTAKA
Karda,I Made,dkk.2007.”Sistem Pendidikan Agama Hindu”.Surabaya.Penerbit:Paramita.
Watra, I Wayan.2007.”Pengantar Filsafat Hindu(Tattwa I)”.Surabaya.Penerbit:Paramita.
Patel, Kiril dan
C.Amin,Vijay.2000.”Karma Yoga(manfaat Pelayanan Tanpa
Pamrih)”.Surabaya.Penerbit:Paramita.

